Tersebutlah seorang janda di Florida yang kaya-raya. Tatkala resesi melanda AS di tahun 1980-an, imbas resesi tersebut juga dirasakan oleh sang janda tadi. Dalam waktu yang tidak begitu lama, kekayaannya ludes. Dia menjadi orang yang paling bangkrut. Bahkan untuk dapat makan saja, dia mengalami kesulitan.
Saking tidak tahannya menghadapi kenyataan ; saking kacau, kalut, dan bingungnya pikiran dan perasaannya, sang janda ini-dengan sangat terpaksa-menulis sebuah surat yang ditujukan kepada neneknya yang tinggal di sebuah panti sosial. Dalam suratnya itu, dia meminta sang nenek untuk mengiriminya uang agar hidup bisa dilangsungkan.
Membaca surat yang ditulis oleh cucunya, sang nenek tidak mengiriminya uang. Dia membalas suratnya itu dan di dalamnya hanya ditulis tiga kata : berilah, berilah, dan berilah !
Menerima surat dari sang nenek , si janda tadi tambah bingung. Dia tidak mengerti apa maksudnya ? Yang dibutuhkannya bukan jawaban seperti itu apalagi disuruh untuk memberi (memberi apa?!) tetapi dia butuh uang. Akhirnya surat itu dia buang ke tong sampah yang ada di depan rumahnya.
Lama dia tidak menggubris surat dari neneknya itu, hingga suatu ketika datanglah seorang pengemis tua ke rumahnya untuk meminta sekedar roti. Dan dengan hati penuh ikhlas dan kerelaan, dia berikan roti itu semuanya kepada pengemis.
Ajaib....!
Beberapa saat setelah itu, tetangganya datang kepadanya dan memberinya setampah roti. Lebih ajaib lagi, dalam waktu yang tidak begitu lama, sang janda tadi kembali berubah menjadi orang yang kaya-raya !
Henry Ford Sr. berkata :
Sukses bukan sesuatu yang langka-sukses ada di mana-mana. Ini masalah mengatur keseimbangan antara upaya-upaya mengatasi rintangan dan kemampuan orang membrikan pelayanan kepada orang lain yang membutuhkan. Tidak akan ada sukses yang lain. Sementara kebanyakan orang menghubungkan sukses dengan apa yang mereka dapatkan, sesungguhnya sukses dimulai dari memberi.
Pesan Dr. Kare Messenger :
Kunci rumah Anda, pergilah ke kolong jembatan, cari siapa pun yang membutuhkan, dan berbuatlah sesuatu baginya.
Di Palestina ada dua laut. Laut atau danau Galilea yang terkenal memperoleh air tawarnya dari sungai-sungai kecil di dekat situ, menggunakannya untuk menumbuhkan bermacam-macam tumbuhan air, dan kemudian mengalirkannya ke Sungai Yordan. Sungai Yordan menjalankan perannya untuk menyebarkan kehidupan ke sepanjang gurun yang dilaluinya, mengubahnya menjadi tanah yang subur.
Sebaliknya, Laut Mati, diberi nama seperti itu karena sesungguhnyalah demikian-laut itu mati. Air di laut mati itu begitu kenyang dengan garam sehingga tidak ada kehidupan yang mampu bertahan. Perbedaan besar di antara kedua badan air ini adalah bahwa Laut Mati memperoleh airnya dari Sungai Yordan tetapi tidak mengalirkannya ke mana pun. Laut itu tidak mempunyai lubang pembuangan.
Demikian halnya kita manusia : kita bisa menjadi seperi sungai Yordan, pun bisa menjadi laiknya Laut Mati. Anda yang hidup tanpa memberi akan menjadi orang yang sulit bergerak dan menemukan bahwa semua yang anda miliki menghambat hdup anda. Tetapi apabila anda bebas memberikan seluruh diri anda, anda justru akan berkembang dengan subur laiknya daun-daun hijau di musin penghujan.
Eric Butterworth pernah berkata :
Orang yang tulus memberi adalah orang yang sangat bahagia, sangat merasa aman, sangat merasa puas, dan prang yang sangat makmur.
Seorang Janda dari Florida
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
0 komentar:
Posting Komentar